Sunda: Tamiang meulit ka bitis - Indonesia: Tamiang meulit to bitis. TerjemahanSunda.com | Terjemahan dari Bahasa Sunda ke Indonesia
SAWITKU-Dalam berbagai gambaran kehidupan, "tamiang" adalah simbol kekuatan untuk menjaga hal-hal yang negatif agar tidak sampai mengena kita sebagai umat manusia. Sedangkan "meulit ka bitis" bisa diartikan membelit betis. Dengan demikian peribahasa "tamiang meulit ka bitis" adalah perbuatan buruk akhirnya mencelakakan diri sendiri. Selanjutnya, bila dicermati dari arti kata per kata adalah - tamiang = sejenis bambu yang berukuran kecil -meulit = melilit -ka = ke -bitis = betis Baca Juga IAW Sebut Raja Pajak Inisial H Sebagai âAyah Asuhâ Rafael Alun Baca Juga IAW Duga Rekening Fantastis Rafael Alun Sepuluh Kali Lebih Besar dari Gayus Tambunan Seperti disebutkan di atas tadi, arti peribahasa tamiang meulit ka bitis sama dengan senjata makan tuan. Yaitu perbuatan buruk yang kembali pada diri si pelaku. Dalam mengarungi kehidupan, memang kita harus selalu mampu membedakan pengertian "baik dan buruk" dengan pemahaman "benar dan salah". Ini mutlak dikenali, karena ukuran benar dan salah, hanya merujuk kepada kekuatan berpikir dan kekuatan berperasaan. Berbeda dengan baik dan buruk. Selain dilandasi oleh kekuatan berpikir dan kekuatan berperasaan, makna baik dan buruk akan dilengkapi pula oleh kekuatan berkeyakinan. Baca Juga Menpora Dito Diduga Tumbal Deal Politik Kasus Transaksi Mencurigakan Rp349 Triliun Terkini PTamiangmeulit ka bitisp. Arti asa murag bulu bitis. Maksud atawa informasi anu rek ditepikeun dina biantara disebut. Artinya sama dengan peribahasa senjata makan. Arti asa ditonjok congcot SAMPURASUN. Halow lur kumaha daramang. Diberi betis hendak paha. PUncal tara ridueun ku tandukp. Adat kakur â Indonesia.Salah sahijina, meureun, melak tamiang. Ari tamiang tĂ©h, awi leutik anu gedĂ©na kurang leuwih sagedĂ© jempol leungeun, atawa jempol suku. Ipis dagingna, pararanjang ruasanana. Tamiang osok dijarieun suling, bangsing, ulakan, taropong, sumpit paragi nyarumpit manuk atawa hĂ©wan sĂ©jĂ©nna.
Berdasarkantoponimi hal itu dinisbahkan pada endemiknya Bambu Tamiang di daerah-daerah tersebut. Dalam bahasa Sunda juga ada peribahasa Tamiang Meulit Ka Bitis yang artinya malindes kadiri sorangan atau menjadi bumerang. Keberadaan pohon bambu menjadi unsur penting pelestarian lingkungan hidup. Bambu tidak bisa dilepaskan dengan kebudayaanBeberapakampus di Indonesia memiliki desain gedung yang unik, mulai dari rektorat, perpustakaan hingga laboratorium. Tidak hanya sedap dipandang, gedung kampus dengan desain unik ini juga bisa membuat mahasiswa betah belajar. Berikut daftar gedung kampus dengan desain gedung unik 1. Menara Pinisi - Universitas Negeri Makasar (UNM) Ikon
Selanjurnya, bila dicermati dari arti kata per kata adalah : - tamiang = sejenis bambu yang berukuran kecil-meulit = melilit-ka = ke-bitis = betis Seperti disebutkan di atas tadi, arti peribahasa tamiang meulit ka bitis sama dengan senjata makan tuan. Yaitu perbuatan buruk yang kembali pada diri si pelaku.
AcehTamiang â Polres Aceh Tamiang Gelar Konfrensi Pers ungkap Kasus Pembunuhan sadis yang terjadi di Jalan Dusun Kenangkung Desa Paya Udang Kecamatan Seruway yang bertempat di Halaman Kantor Satreskrim Polres Aceh Tamiang pada Kamis (29/10/20). Keberhasilan dalam pengungkapan kasus tersebut tak terlepas dari kerjasama
Lalakinalalakina los ka pipir nyoo monyet; nyanggereng Aya warung sisi jalan Rame pisan ku nu jajan Tihothat nu ngaladangan Nu jarajan sukan-sukan 3. Dangdanggula ngarupakeun tembang pupuh nu ngagambarkeun katengtreman, kawaasan, kaagungan, jeung kagumbiraan. Conto tembang Mega beureum surupna geus burit Ngalanglayung panas pipikiran
* Ngusap birit bari indit Adat ka kurung ku iga Tamiang meulit ka bitis Hapa-hapa ge ranggeuyan. Indonesia. Ini mengikuti pepatah yang rasanya seperti bagian tubuh, kecuali * Menyeka diarenya saat dia pergi Kustom untuk braket dengan tulang rusuk Tamiang mengulangi kakinya Hapa-hapa ge ranggeuyan lingkungansebagai titik awal penceritaanya. Selain itu, di tahun ini juga mulai bermunculan buku-buku kumpulan cerpen mandiri, dalam Ruhaliah (Ruhaliah, 2013) misalnya, muncul buku kumpulan cerpen Sunda pertama yakni Tamiang Meulit ka Bitis yang ditulis oleh Ermas atau GEofi.